Perjalanan Wisata Kuliner Malam: Dari Pasar Tradisional ke Event Pop-Up yang Lagi Viral
Awal Mula di Gang Sempit Pasar Lama
Di sudut Pasar Pabean, Surabaya, aroma bawang putih tumis bercampur dengan wangi daun pisang yang dibakar. Di sinilah cerita Ratri dan komunitasnya, “Lakon Malam”, dimulai. Berawal dari kios sederhana yang hanya buka setelah senja, mereka menghadapi tantangan klasik: sepi pembeli di luar jam ramai, modal terbatas, dan citra “pasar malam” yang dianggap kurang bergengsi oleh generasi muda.
Namun, Ratri—lulusan seni rupa yang pernah bekerja sebagai perancang panggung—melihat peluang di balik kegelapan malam. Baginya, kuliner bukan sekadar urusan rasa, tetapi pertunjukan yang bisa memikat mata dan hati.
Inspirasi dari Dunia Teater Tradisional
Kecintaannya pada wayang orang menuntun Ratri pada filosofi “panggung hidup”: setiap sajian adalah lakon, setiap gerakan adalah dialog. Dari sinilah lahir keyakinan bahwa pengalaman makan bisa menjadi pertunjukan interaktif. Seperti sutradara, Ratri menata menu, pencahayaan, bahkan dialog para penjual seolah sedang menggelar pementasan.
Ia meminjam prinsip dramaturgi—alur, klimaks, dan resolusi—untuk merancang perjalanan rasa. Misalnya, pengunjung diajak memulai dengan kudapan gurih sebagai “pembuka cerita”, dilanjutkan hidangan utama pedas nan berani sebagai “konflik”, dan diakhiri minuman hangat manis sebagai “penutup bahagia”.
Langkah Berani Menuju Event Pop-Up
Berbekal ide panggung kuliner, Ratri dan tim melakukan tiga gebrakan:
-
Ruang Gelap Bertema
Mereka memanfaatkan gudang kosong di pinggir pasar menjadi arena makan berlampu temaram. Tirai kain batik dijadikan panggung mini, dan musik gamelan modern mengalun pelan, menciptakan atmosfer misterius sekaligus hangat. -
Kolaborasi Seniman Lokal
Seniman mural, pemusik jalanan, hingga penari kontemporer dilibatkan. Setiap malam pop-up menjadi pengalaman berbeda, memadukan seni dan kuliner. -
Pemasaran Cerita, Bukan Diskon
Alih-alih promosi harga, mereka menulis kisah pendek di media sosial tentang bahan-bahan lokal dan petani di baliknya. Foto-foto diunggah dengan gaya layaknya poster pertunjukan, membuat warganet penasaran dan ingin “menonton” langsung.
Hasil yang Menghangatkan Hati
Strategi ini membuahkan hasil mengejutkan. Dalam enam bulan, jumlah pengunjung meningkat tiga kali lipat, dan 40% di antaranya wisatawan luar kota. Pendapatan pun melonjak, tetapi yang lebih membanggakan adalah dampak sosial: pedagang pasar tradisional yang semula sepi kini kebanjiran pesanan, dan para seniman lokal mendapat panggung rutin untuk mengekspresikan karya.
Ratri sendiri merasakan pertumbuhan pribadi. “Dulu saya hanya berpikir soal resep. Sekarang saya belajar mengatur orang, emosi, bahkan ritme waktu seperti mengatur adegan teater,” ujarnya sambil tersenyum.
Pelajaran untuk Kita Semua
Perjalanan “Lakon Malam” mengajarkan bahwa inspirasi bisa datang dari mana saja—bahkan dari panggung seni tradisional yang kerap dianggap kuno. Beberapa tips praktis yang bisa kita petik:
-
Cari Filosofi Unik: Lihat ke hobi atau budaya yang Anda cintai. Prinsip dari luar dunia bisnis sering menghadirkan perspektif segar.
-
Jadikan Pengalaman, Bukan Sekadar Produk: Orang mencari cerita dan keterlibatan, bukan hanya barang atau rasa.
-
Bangun Kolaborasi: Libatkan komunitas, seniman, atau pelaku usaha kecil lain. Sinergi menambah nilai dan jangkauan.
Di balik gemerlap lampu malam dan semangkuk soto hangat, kisah Ratri menunjukkan bahwa keberanian menafsirkan ulang tradisi bisa mengubah pasar biasa menjadi panggung viral—dan menginspirasi banyak hati untuk ikut menari dalam pertunjukan kuliner malam.